Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang masing-masing darinya mengemban tugas yang berbeda, baik untuk urusan dunia maupun akhirat. Di antara mereka, ada empat pemimpin malaikat yang bertugas mengatur urusan dunia.
Hal ini diterangkan Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi dalam Kitab Al-Haba'ik fi Akhbar Al-Mala'ik dan diterjemahkan oleh Misbahul Munir. Imam As-Suyuthi menukil sebuah riwayat dari Ibnu Abi Hatim, Abu Asy-Syaikh dalam Kitab Al-'Azhamah, dan Al Baihaqi dalam Kitab Syu'ab Al-Iman dari Ibnu Sabith yang mengatakan,
"Urusan dunia ini diatur oleh empat malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Malaikat Maut (Izrail), dan Israfil. Jibril ditugasi mengatur angin dan bala tentara. Mikail ditugasi mengatur tetesan air hujan dan tumbuh-tumbuhan. Malaikat Maut ditugasi untuk mencabut nyawa, sedangkan Israfil turun membawa perintah dan urusan kepada mereka."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malaikat Jibril, Mikail, Izrail, dan Israfil adalah makhluk yang pertama kali diciptakan Allah SWT dan yang terakhir dimatikan Allah SWT. Mereka juga menjadi makhluk yang paling awal dihidupkan kembali oleh Allah SWT. Pendapat ini bersandar pada riwayat Abu Asy-Syaikh dari Wahab yang berkata,
"Keempat malaikat tersebut--yaitu Malaikat Jibril, Mikail, Israfil, dan Malaikat Maut--merupakan makhluk yang pertama kali diciptakan Allah, yang terakhir dimatikan Allah, dan yang paling awal dihidupkan kembali oleh Allah. Mereka itu adalah para malaikat yang mengatur segala urusan dan membagikan segala urusan."
Tugas para pemimpin malaikat ini turut dijelaskan dalam riwayat Abu Asy-Syaikh dari Ibnu Sabith. Dikatakan, dalam Lauh Mahfuz terdapat segala urusan yang pasti terjadi hingga kiamat. Allah SWT menugaskan tiga malaikat untuk menjaga Kitab Induk itu.
Pertama, Malaikat Jibril. Ia mengemban tugas untuk menurunkan kitab kepada para rasul dan membawa kehancuran apabila Allah SWT berkehendak untuk menghancurkan suatu kaum, serta bertugas membawa kemenangan ketika terjadi peperangan.
Kedua, Malaikat Mikail. Allah SWT menugaskannya untuk menjaga, menurunkan hujan, dan menumbuhkan tanaman di bumi.
Ketiga, Malaikat Maut atau Izrail. Ia bertugas untuk mencabut nyawa. Apabila dunia telah lenyap, Allah SWT mengumpulkan malaikat untuk menjaga mereka dan membandingkannya dengan Ummul Kitab.
Disebutkan dalam Kitab Al La'alil Mashnu'ah karya Imam As-Suyuthi, di antara empat pemimpin malaikat tersebut, Malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil-lah yang paling dekat dengan Allah SWT. Jarak mereka dari Allah SWT disebut sejauh perjalanan 50 ribu tahun. Adapun, posisinya, Jibril berada di samping kanan-Nya, Mikail berada di samping yang lain, dan Israfil berada di antara keduanya.
Pemimpin tertinggi agama Katolik dunia disebut dengan gelar 'Pope' atau 'Paus' di Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI V), kata 'Paus' artinya merujuk pada 'pemimpin tertinggi agama Katolik', yakni berkedudukan di Vatikan.
Saat ini, pimpinan tertinggi Katolik dunia alias Paus dipimpin oleh Paus Fransiskus (Pope Francis). Merupakan Paus Gereja Katolik ke-266 sekaligus Paus berkebangsaan Argentina-Amerika pertama, yang terpilih pada Konklaf Kepausan 2013.
Lantas mengapa istilah gelar bagi pemimpin gereja Katolik dunia yang disebut 'Pope' bisa dipanggil 'Paus' dalam bahasa Indonesia? Bagaimana sejarah dan asal usulnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengapa Pope Disebut Paus di Indonesia?
Istilah 'Paus' sendiri berasal dari bahasa Latin 'Papa' dan dari bahasa Yunan 'Pappas' yang artinya 'Ayah' atau 'Bapak'. Juga dalam bahasa Italia 'Papa' adalah panggilan akrab seorang anak kepada ayahnya. Adapun dalam bahasa Inggris, panggilan 'Papa' berubah menjadi 'Pope'.
Nah, istilah 'Pope' yang berarti panggilan 'Papa' ini mencerminkan posisi yang merujuk pada sosok 'Paus' yang dianggap sebagai 'Ayah Rohani' atau pemimpin tertinggi dalam spiritual Gereja Katolik.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata 'Paus' merupakan istilah serapan dari bahasa Belanda 'de Paus' yang artinya merujuk pada 'Pope'. Dalam sejarahnya, di masa penjajahan banyak misionaris Belanda yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Katolik.
Penjelasan di atas dikutip dari akun resmi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) dan Majalah Digital (JaKita) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Sejarah Penggunaan Istilah Pope atau Paus
Mengutip dari Britannica, istilah 'Pope' atau 'Paus' sudah menjadi gelar sejak sekitar abad ke-9, yang merujuk pada jabatan kepemimpinan agama atau uskup Roma, yakni pemimpin Gereja Katolik Roma. Secara doktrinal, di gereja-gereja Katolik, Paus dianggap sebagai penerus Santo Petrus, yang merupakan kepala para Rasul.
Istilah 'Paus' awalnya diterapkan untuk semua uskup di Barat dan juga digunakan untuk menggambarkan patriark Aleksandria, yang masih mempertahankan gelar tersebut. Namun, pada tahun 1073, Paus Gregorius VII membatasi penggunaannya untuk uskup Roma, menegaskan praktik yang telah ada sejak abad ke-9.
Paus, sebagai uskup Roma, dipandang memiliki kekuasaan penuh dan tertinggi yurisdiksi atas gereja universal dalam hal keimanan dan moral, serta dalam disiplin dan pemerintahan gereja. Pemahaman tentang keutamaan kepausan berkembang seiring dengan perkembangan gereja.
Paus, sebagai uskup Roma, adalah kepala Tahta Suci, pemerintah pusat Gereja Katolik Roma, yang pada gilirannya dibantu oleh berbagai departemen Kuria Roma. Dengan demikian, Paus membuat keputusan tentang isu-isu iman dan moralitas bagi umat Katolik di seluruh dunia.
Simak Video: Paus Fransiskus Berkunjung ke Gereja Katedral Sore Ini
[Gambas:Video 20detik]
© 2022 SATPOL PP DKI. All rights reserved.